eulseongulya

imagine is a way to make something true


Tinggalkan komentar

Frustated Pt. 6

Pt. 6 : under the rain

.
Akhir-akhir ini, banyak yang mendekat pada Si Cha. Akan tetapi, mereka semua tak berguna. Si Cha masih takut pada mereka. Yuta, Tae Yong, Han Seul. Trauma lamanya membuat Si Cha tak berani mendekat ke mereka. Semua sakit yang ia rasakan, kesepian yang mendera, sedih yang menusuk, tak bisa Si Cha bagi. Si Cha takut, Si Cha masih belum bisa kembali seperti dulu. Sakitnya dikhianati membuat dia tak bisa lagi percaya. Tak akan pernah bisa.

.

Sore itu hujan. Tae Yong pulang menggunakan sepeda kesayanganya. Ia lupa bawa jas hujan dan akhirnya ia kehujanan di tengah perjalanan. Kepalang basah mandi sekalian bukan? Kepalang kehujanan hujan-hujanan saja sekalian. Tae Yong sudah lama sekali tidak hujan-hujanan seperti ini. Apalagi saat Mysophobianya sedang parah-parahnya. Keluar rumah harus pakai masker, sarung tangan, antiseptik dan antek-anteknya. Untungnya Mysophobianya sekarang sudah agak sembuh. Ia hanya agak pusing melihat hal-hal berantahkan dan sering mencuci tangan. Tae Yong tampak gembira bermain dengan hujan.

.

Tae Yong terlalu bahagia hujan-hujanan, sampai tidak sadar kalau ada motor mendekat. Cpraaat…. air yang menggenang di jalan mampir ke wajah Tae Yong semua.

.

“Sialan,” umpat Tae Yong. Si pengendara motor berhenti, ternyata itu Jae Hyun.

.

“Tae Yong? Kok hujan-hujanan?”

.

“Gak bawa jas hujan.”

.

“Gak pinjem di TU? ‘Kan di TU ada.”

.

“Adanya payung Mas. Ya kali sepedaan pake payung.”

.

“Napa tuh muka lecek banget penuh noda.” Tae Yong menatap sebal Jaehyun. Memangnya dia kira siapa yang membuat Tae Yong seperti ini?

.

“Kau telah menodaiku!” teriak Tae Yong ala-ala sinetron.

.

“Naik sepeda motor pelan-pelan dikit bisa gak sih, dasar. Pamer kamu punya motor, gitu? Bla bla bla…..” rutuk Tae Yong sewot. Well, kalau Tae Young udah ngomel begitu, sudah sulit dihentikan. Jae Hyun hanya bisa merelakan kupingnya untuk mendengar mulut Taeyong yang terus nyerocos seperti burung jalak. Setelah omelan Tae Yong berhenti, Jae Hyun berhasil melarikan diri.

.

“Sudah tidak apa-apa.” Samar-samar, Tae Yong mendengar suara Yuta. Tae Yong mencari sumber suara. Ia yakin betul itu suara Yuta, Tae Yong emang deket sama Yuta sebelumnya. Mereka tak terpisahkan, cuma Tae Yong sering sebal kepada Yuta yang suka bikin kacau. Makanya, mereka sering diem-dieman. Apalagi pas ambek-ambekan. Tapi mereka tetep bakal akur temenan lagi.

.

“Hiks hiks hiks…..” terdengar suara seorang gadis terisak. Dasar Yuta, cewek mana yang dia bikin nangis?

.

Tae Yong mengendap-endap supaya keberadaanya tidak ketahuan. Dia itu ahlinya mengendap-endap. Dulu berguru sama kakelnya yang bernotabene maling jemuran.

.

Tae Yong bisa melihat Yuta dari sini. Dia sedang memeluk seorang gadis entah siapa, dari jauh terlihat samar. Taeyong mencoba mendekat, dan terus mendekat. Sial, itu Si Cha! Yuta sudah sampai tahap seperti ini? Ini tidak bisa dibiarkan!

-:–TBC–:-


Tinggalkan komentar

Frustated Pt.5

Pt.5 : canteen

Yuta mencoba berpikir jernih. Ia kaget kala ketahuan menyetalk Si Cha. Ini akan jadi lebih sulit kalau begini. Tapi tidak apa-apa, Ini bisa diperbaiki.

.

Esoknya Yuta mencoba mendekati Si Cha, sebagai teman seangkatan dulu. Yuta yang tahu beberapa informasi tentang Si Cha tahu banyak apa yang harus dilakukan. Jam seginian, pasti Si Cha sedang makan siang di kantin. Benar saja, saat ke kantin Yuta mendapati Si Cha sedang makan. Yuta duduk berhadapan dengan Si Cha.

.

“Mmm.. kamu Lee Si Cha, ‘kan?” Yuta mulai menciptakan bahan obrolan.

.

“Begitulah. Aku hanya ingat nama margamu, Nakamoto ‘kan?”

.

“Ya, panggil saja aku Yuta.”

.

“Oke.” Setelah itu hening. Suasananya sangat canggung. Yuta bingung mau bicara apa.

.

Tak lama, Tae Yong muncul. Gila, ganas sekali Yuta. Sudah bikin progress sampai makan bareng. Lah Tae Yong? Tae Yong tiba-tiba ngerasa bego. Dia gak boleh kalah! Tae Yong pun duduk disamping Yuta, sama seperti kemarin. Yuta menatap Tae Yong tidak suka, Si Cha pun begitu.

.

Apa-apaan ini? Kenapa mereka menganggapku lalat *pengganggu? Jangan bilang mereka sudah jadian? Batin Tae Yong. Ini gawat.

.

Si Cha pindah ke tempat lain, dan Yuta mengikutinya. Taeyong merasa terhina, sungguh.

.

“Kenapa ikut kau pindah?” Tanya Si Cha.

.

“Hanya ingin,” jawab Yuta sekenanya.

.

“Kau kenal dia?”

.

“Ya, dia Lee Tae Yong. Kenapa? Oh, kemarin kau ditembak sama dia ‘kan?”

.

“Ya, tapi sayang dia bukan tipeku.”

.

“Tipemu seperti apa?” tanya Yuta penasaran. Ya, informasi ini bakalan sangat berguna untuk misinya.

.

“Entahlah, aku hanya menggunakan asas suka dan tidak suka. Bye, aku sibuk.” Si Cha pamit pergi, padahal makananya masih sisa. Apakah Si Cha tidak nyaman dengan pertanyaan Yuta? Oh Yuta, bagaimana bisa kau bertindak segegabah ini tanpa dipikir dulu. Perempuan yang itu memang susah didekati. Aura canggung luar biasa bisa sangat terasa di dekatnya. Pantas saja dia tak punya teman.


Tinggalkan komentar

Frustated Pt. 4

​Pt. 4 : Now, What?

Haahh… Tae Yong itu benar-benar pengacau. Sekarang Yuta harus apa kalau sudah begini? Menyebalkan sekali dia itu. Yuta ‘kan sedang cari informasi tentang Si Cha. Kenapa malah dia membuat Si Cha minggat? Yuta pun tak bisa berbuat apa-apa lagi. Info yang ia dapat hanyalah Si Cha suka membaca buku non kurikulum yang bukan fiksi.

.

Yuta pun akhirnya bermain sepak bola dulu bersama beberapa kenalanya. Ayahnya jarang-jarang ngizinin Yuta pulang lebih sore kayak gini. Ini harus dimanfaatkan dong.

.

Sudah sangat lelah dan puas bermain, Yuta akhirnya memutuskan untuk pulang. Tak sengaja, di perjalanan pulang Yuta melihat Si Cha dengan pakaian kasual. Dia terlihat agak cantik dengan gaya itu. Bajunya kelihatan mahal. Ia bersama seorang laki-laki tampan di sebuah kafe. Sepertinya warga negara asing. Siapa ya dia?

.

Tae Yong berada di taman sendirian. Cukup sudah, dia udah gak punya muka. Dia gak pengen masuk sekolah besok.

.

“Ah…, aku bisa gila!” Erangnya.

.

“Berani-beraninya dia menolakku? Aku kurang apa sih? Ganteng iya, pinter iya, apa sih yang kurang?” Tae Yong berbicara sendiri. Tiba-tiba Win Win muncul.

.

“Dah sarap kamu ngomong sendiri gitu?” Win Win menegur Tae Yong. Tae Yong tambah bete.

.

“Apaan sih ini bocah, muncul tiba-tiba kayak setan gitu.”

.

“Gimana rasanya ditolak? Ngakak aku lihat kamu ditolak pake kalimat sependek itu. Hahaha. Aduh, harusnya aku video tadi.” Win Win sampai memgang perutnya yang sakit karena terlalu banyak tertawa. Tae Yong membulatkan matanya.

.

“Kamu liat Win?”

.

“Ya iya dong. Orang tadi aku baru milih-milih buku terus denger suara kamu. Aku tonton deh.” Aih, Tae Yong benar-benar  kehilangan harga dirinya.

.

“Jan bilang ke anak-anak yang lain ya.”

.

“Oke sip pak ketua. Tapi yang perlu kamu khawatirin itu bukan aku, tapi Yuta. Dia bahkan melihatmu dengan jarak yang sangat-sangat dekat.” Aishh… mengingat itu saja membuat Tae Yong malu setengah mati. Huh, sial.

.

“Aku gak bisa diginiin, Win. Aku harus bales dendam ke tuh anak belagu!” kata Taeyong penuh amarah. Matanya berkilat-kilat penuh dendam.

.

“Emangnya kamu mau ngapain itu bocah gendut Yong?”

.

“Ada saran?” Tae Yong menatap Win Win penuh harap.

.

“Sori ya, gak punya. Aku ‘kan anak baik, bales dendam-bales dendam kayak gitu tuh bukan gaya aku.”

.

“Halah. Bilang aja gak mau mikir.” Win Win hanya meringis kecil.

.

“Aku heran, kenapa sih kamu kok semarah itu? Jaehyun pinjem dompetmu buat belanja gak bilang-bilang aja kamu gak marah. Lah pasal ini, kamu marah besar.”

.

“Ini tentang harga diri, Dong Si Cheng…(nama asli Win Win). Harga diriku tuh rasanya ditindas sama dia. Apa sih susahnya dia buat bilang iya? ‘Kan urusanku bisa cepet selesai.” kata Tae Yong sambil memberi penekanan terhadap nama asli Win Win.

.

“Hak asasi ‘kan kalau dia nolak kamu. Emangnya kamu mau, kalau ada cewek jelek nembak kamu dan kamu dipaksa mau pacaran sama dia?” Dahi Tae Yong mengerut. Gak paham maksud Win Win. Biasalah, anak kebawa emosi itu gak bisa berpikir jernih. Apa hubunganya cewek jelek imajiner nembak dia  sama dia nembak Si Cha?

.

“Jadi kamu nyamain aku sama cewek jelek Win?”

.

“Bukan gitu jugaa…., tapi intinya gak usah marah lah sama Si Cha.”

.

“Kok jadi belain Si Cha sih kamu?”

.

“Jangan salah paham gitu dong Yong. Tau ah, terserah. Aku pamit.” Win Win pun meninggalkan Tae Yong sendiri lagi.

.

Yuta masih mengamati Si Cha dari jauh. Rungunya tak bisa menangkap apa yang dibicarakan Si Cha dengan pemuda asing itu. Akan tetapi, mereka terlihat dekat. Penasaran, Yuta masuk ke kafe dan berpura-pura memesan caramel macchiato dan shortcake. Dia duduk di dekat meja Si Cha.

.

“Si Cha, pulang dulu ya.” Baru saja Yuta duduk, eh si cowok bule udah main pergi aja.

.

“Travis, jangan pulang dulu lahh… kita ‘kan udah setahun gak ketemu. Lagian makananya juga belum habis.”

.

“Mhmmm… okelah. Gimana sekolah kamu?”

.

“Buruk, menyebalkan, membosankan, itu-itu saja.”

.

“Ayolah, kau harus lebih semangat. Kudengar kau tak punya teman ya di sekolah.”

.

“Banyak kok. Tapi gak inget namanya.”

.

“Hahh.. dasar kau ini. Payah. Matematikamu bagaimana?”

.

“Pas-pasan”

.

“Ya iyalah, ngitung masih pake jari. Ketinggalan jaman. Kamu udah SMA, bukan anak SD lagi.”

.

“Persetan” Si Cha tampak tak peduli.

.

“Prihatin sekali aku sama kamu. Kudengar kamu rangking 27 dari 31 siswa ya?”

.

“Begitulah.”

.

“Astaga Si Chaaa…. kau sudah gila ya? Nilai jelek seperti itu masih santai-santai saja?”

.

“Mau bagaimana lagi. Omong-omong, bahasa koreamu membaik.” Senyum Travis mengembang. Dia manis sekali.

.

“Hmmm…. baguslah kalau begitu. Kamu harus tambah pintar ya, gak boleh malas.”

.

“Aku gak yakin…,”

.

“Dasar kau ini. Hancur sekali kau jadi perempuan.” Travis geleng-geleng tidak menyangka.

.

“Terserah. Oh iya, sepertinya dia temanku.”

.

“Sapa saja.”

.

“Aku lupa namanya. Malu ah.”

.

“Ganteng yaaa….” kata Travis, berniat meledek.

.

“Oh ya?” tanya Si Cha santai.

.

“Pulang sekarang aja yuk,” ajak Si Cha. Ia langsung berdiri dan hendak pergi. Tentu saja, Travis kaget.

.

“Kok buru-buru jadinya? Kenapa?”

.

“Ada stalker. Cepetan ayo.” Si Cha menarik tangan Travis terburu-buru. Yuta shock setengah hidup. Dia ketahuan menyetalk Si Cha? Oh Tidak, bagaimana ini?


Tinggalkan komentar

Frustated Pt. 3

Pt.3 : confession

.

.

.

​”Tahu Lee Si Cha?” tanya Tae Yong kepada teman sebangkunya, Yook Sung Jae.

.

“Tau dong. Anak gemuk pendiam kelas XI sience C itu ‘kan? Masa kamu gak tahu? Dia itu terkenal karena keanehanya tahu. Terlalu tertutup dan tak mau bergaul.”

.

“Oh…”

.

“Emangnya kenapa?”

.

“Ya penasaran aja, kemaren temen-temen aku pada bahas Si Cha.”

.

“Oh, gitu. Hari ini udah kerjain PR?”

.

“Udah dong. Emangnya kamu!”

.

“Pinjem yak…,”

.

“Dasar kamu tuh. Kalau PR itu kerjain sendiri, bla bla bla bla…..”  Tae Yong pun mulai mengomel. Apalah daya Sung Jae yang hanya bisa mendengarkan. Tae Yong itu meski sering nakal dan suka main game terus, dia tetep rajin belajar dan garap tugas.

.

Pada jam istirahat, Tae Yong sengaja melewati kelas science C. Langsung terlihat sosok Lee Si Cha sedang mengamati teman-temanya tanpa mengucapkan sepatah kata. Perempuan itu mengerikan, sangat gendut dan juga jelek. Kepribadianya juga tampak tidak baik. Gila saja Tae Yong disuruh pacaran sama babi gendut kayak gini. Mejanya juga berantakkan, buku tersebar dimana-mana. Bagaimana bisa ada perempuan separah ini. Ini mah bukan perempuan, melainkan siluman babi.

.

Rencananya Tae Yong mau menyatakan cinta ‘palsu’ sore ini, tapi melihat orangnya seperti itu membuat Tae Yong merasa butuh persiapan mental. Perlukah rencananya diundur? Tapi bagaimana kalau Yuta bertindak saat dia lengah? Ini benar-benar bisa membuat Tae Yong gila. Baiklah, sore nanti akan Tae Yong usahakan.

.

Bel pulang sekolah berbunyi. Tae Yong langsung keluar begitu kelas selesai lalu mengamati Si Cha dari sangat jauh. Ternyata Si Cha pergi ke perpustakaan. Tanpa ragu, Tae Yong menyusul.

.

Si Cha memilih sebuah buku yang pastinya bukan fiksi. Entahlah apa itu, membaca judulnya saja membuat Tae Yong pusing. Yuta sudah ada di sana ternyata. Gak ada satu meter jaraknya dari Si Cha. Mereka membaca bersama, hanya dibatasi sekat tipis. Sial, Yuta cepat sekali bertindak.

.

Tae Yong mengambil buku juga, dan ikut membaca pura-pura di samping Yuta. Dia bingung harus bagaimana. Panik, jantungnya naik turun. Jangan sampai ia kalah selangkah dari Yuta.

.

Tae Yong mendekati Si Cha, dan menyentuh pundaknya.

.

“Si Cha…,” Si Cha menoleh ke Tae Yong tak tertarik. Tae Yong melakukan Eye contact ke Si Cha. Ini akan memperkuat nyalinya. Memang, kepercayaan diri Tae Yong berada di matanya yang memesona.

.

“Sebenarnya aku menyukaimu sejak pertamakali aku melihatmu di kelas tadi. Maukah kamu jadi pacarku?” Tae Yong berujar lembut, seolah kata-katanya tadi tulus. Yuta menggeleng takjub. Akting Tae Yong bagus sekali ternyata.

.

“Maaf, kau bukan tipeku.” Si Cha memandang Tae Yong merendahkan lalu pergi begitu saja. Ini gila. Tae Yong tak bisa percaya ini. Dia ditolak? Di depan umum seperti ini? Di depan mata Yuta, sainganya seperti ini? 

.

Siluman babi sialan! Kita lihat saja nanti. Apa yang akan aku lakukan. Kau gak bisa nolak aku kayak gini. Akan kubuat kau tergila-gila padaku lalu kucampakkan! Batin Tae Yong murka. Wajahnya memerah, sangat-sangat merah. Akibatnya antara malu dan marah. Yah, sepertinya dua-duanya. Yuta hanya terkikik kecil tanpa suara dan bergumam lemah, 

.

“Sudah aku duga.”

-:–:–TBC–:–:-


Tinggalkan komentar

Frustated Pt.2

​​Nct fanfiction

Romance, slight comedy, school life

Eulseongulya

T

Standard disclaimer applied

No copycat, No plagiator, full credit Re-blog is allowed 

Enjoy

.

.

“Hmmm…. ini menarik.” Yuta sendiri mulai berkomentar. Baiklah, kita lihat siapa yang lebih baik.” Setelah Dare Yuta Vs Tae Yong disepakati, permainan selesai. Bel pulang sudah berbunyi merdu di telinga semua murid. Semuanya kelihatan penasaran akan apa yang akan terjadi selanjutnya. Tae Yong dalam hati mengutuk gurunya yang tidak bisa hadir hari ini tanpa keterangan seperti itu. Ini semua gara-gara guru sialan itu.

.
“Sebentar, bagaimana jika kita buat batasan waktu?” Usul Tae Yong.
“Kau arogan sekali. Kau pikir kau bisa mendapatkan Si Cha seberapa cepat?” Yuta tampak tertarik dengan pendapat Tae Yong. Tae Yong terdiam sejenak, merasakan sesuatu yang ganjil di hatinya entah apa.

.
“Sehari?” tebak Tae Yong. Yuta tertawa geli. Sepertinya ini tidak akan sesulit perkiraanya.
“Jangan meremehkan seperti itu. Kau tak tahu sedang menaklukan siapa dan tak mengerti sedang berhadapan dengan apa.” Yuta lalu pergi setelah mengatakanya. Tae Yong hanya terbengong. Tak mengerti maksud Yuta.

.
Yuta pulang kerumah. Dia langsung ke kamarnya dan tiduran sambil mendengar I-phone dan melihat buku catatan mungilnya.
“Ini tak semudah itu tapi tak juga sesulit yang kukira. Baiklah, waktunya berpikir tentang tindakan selanjutnya.” Yuta menuliskan sesuatu di buku catatanya. Atensinya seratus persen di sana. Dia bahkan menggunakan kacamata kesayanganya yang selalu ia gunakan untuk belajar berat menjelang ujian. Yuta sungguh-sungguh serius meladeni tantangan Dare ini

 
Di lain sisi, Tae Yong sedang bermain game di hapenya dengan santai. Dia kepikiran juga tentang tantangan Dare pada saat jam terakhir kosong tadi. Ini masalah serius. 

.

Ini perang besar yang menentukan harga dirinya. Yuta dan Ia adalah pria terpopuler di angkatan. Di tantangan ini Tae Yong bisa menunjukkan siapa yang lebih unggul. Tapi bagaimana cara mengalahkan Yuta? Ini tak semudah lari 100 meter. 

.

Masalah ini rumit dan kompleks. Ah, kenapa Tae Yong harus pusing? Tembak saja besok dan semua akan selesai. Bukankah begitu? Ini cuma masalah siapa cepat dia dapat, bukan?


Tinggalkan komentar

frustated

​Nct fanfiction

Romance, slight comedy, school life

Eulseongulya

T

Standard disclaimer applied

No copycat, No plagiator, full credit Re-blog is allowed 

Enjoy

.

.

.

.

.

.

Tae Yong main ‘Truth or Dare’ sama teman-teman dekatnya. Dari tadi ia kena terus. Ia memilih “Truth” dari tadi. Kesempatan, teman-temanya bertanya aneh-aneh dan menyinggung aibnya.
Gawat, kebongkar semua ini kejelekan aku lama-lama. Aku berhenti aja kali ya?  Batin Tae Yong.

.
“Aku udahan ya.” Tae Yong pun pergi setelah ia menjawab Truth yang harus ia jawab.

.
“Apaan tuh, cemen banget. Takut kena lagi? Jadi cowok kok gitu sih Yong.” Yuta mengompori Tae Yong.

.
“Nggak, jangan salah paham gitu dong. Aku ada urusan ini.”

.
“Urusan apa? Gabut *nganggur aja. Alibinya jelek.” Do Young ikutan buka suara. Dia gak mau kehilangan mainan. Truth or dare tanpa Tae Yong itu gak seru.

.
“Haaahh.. iya iya. Bawel banget sih kalian. Ngeselin.”
Mereka mulai lagi. Kali ini botol mengarah ke Win Win

.
“Ada black knight?” Semua member menggeleng. Biarlah Win Win kena sekali-kali. Baru kali inu Win Win kena.

.
“Truth or dare?” tanya Heechan, pemimpin permainan ini.

.
“Dare!” ucap Win Win yakin. 
Win Win yang malang, dia gak tau aja tugas apa yang harus diemban kalau dia milih dare. Batin Tae Yong.

.

Well, ini pertama kalinya Win Win main TOD sama temen-temen yang ini.

.
“Ohh.. DARE! Enaknya disuruh apa ya guys?” tanya Heechan.

.
“Suruh nyium Jae Hyun aja!” seru  Mark. Jae Hyun pun menjitak Mark.
“Usul yang masuk akal dikit dong!” bentak Jaehyun kesal.

.
“Udah udah, mendingan kita puter aja nih botol. Ntar siapa yang kena suruh ciuman sama Win Win.” Usul Jhonny

.
“Shen Me?”(Apa?) celetuk Win Win. Gila aja ini bocah-bocah. Kasih hukuman gak kira-kira.

.
“Oke oke.” Hampir semua setuju. Yang lainya diam saja. Botol pun berputar, dan menunjuk Mark. Hampir semuanya terbahak, jelas saja.

.
“Ahahaha…. senjata makan tuan..” ledek Tae Il.

.
“Sial,” umpat Mark. Win Win akhirnya mencium Mark. Sumpah muka Win Win tidak bisa dikondisikan. Semuanya terbahak, kecuali beberapa orang saja, termasuk Tae Yong. Dia merasa berada di keadaan tahanan yang sedang menuju algojo untuk memotong kepalanya.

.
“Baiklah, ayo lanjutkan.” Sejak Win Win disuruh mencium Mark, tak ada lagi yang mau memilih Dare. Anak-anak ini memang brutal. Untunglah, sedari tadi Tae Yong tidak kena lagi.

.
“Yuta dapat! Dare atau Truth?”
“Kebalik, Hae Chan…” tegur Jhonny.

.
“Gak masalah… ayo Yutaa…”

.
“Truth”

.
“Ah, gak asik. Dari tadi pada truth mulu milihnya. Ngeselin,” celetuk Ten.

.
“Siapa gebetan kamu?” tanya Tae Il.

.
“Ogah, rahasia pokoknya. Kalian bahkan gak bisa nebak deh!” Yuta berbicara dengan sangat-sangat yakin.

.
“Terus maunya dare ini?” Win Win yang dari tadi terdiam karena masih trauma habis mencium Mark akhirnya angkat suara

.
“Iya deh, Dare. Aku pokoknya gak mau reveal gebetanku.” Yuta akhirnya setuju.

.
“Punya ide buat dare lagi, Mark?” tanya Do Young setengah meledek. Mark hanya menggeleng. Dia sudah tobat mengidei Dare dengan gila lagi. 

.
“Baiklah, bagaimana jika Yuta kita suruh menggebet Lee Si Cha saja? Kalau bisa jadian kita traktir bareng dan kita jadiin ketua geng?” ceplos Jae Hyun.

.
“Lee Si Cha? Si babi gendut itu? Kau gila? Ini bakal seru!” Mark memekik kaget.

.
“Kau jenius Jae Hyun. Jenius!” Ten memuji.

.
“Nah, kalau gak ada rival gak seru ‘kan? Ayo kita cari rival buat Yuta!”

 Tae Il berkata dengan semangat.

.
“Ini akan jadi keren!” Hampir semua setuju dengan pendapat Tae Il dan Jae Hyun. Yuta sang korban hanya diam saja, tidak mengelak. Tae Yong dari tadi juga diam saja, tidak menyumbangkan pendapat. Dan beberapa member juga ada yang setengah pasif dan ada yang terus memberi ide. Akan tetapi sebenarnya mereka semua menikmati, kecuali yang kena sih.

.
Haechan memutar dan memutar lagi botol TODnya. Putaranya kencang sekali. Susah diprediksi siapa yang akan kena.

.
“Jae Hyun.. hahahahaha…..” hampir semuanya tertawa. Seperti Mark, dia kena batu dari idenya sendiri. Mark tertawa lebih puas dari yang lain. Dia dapat teman sepenanggungan.

.
“Yah, aku yang kena ya? Oke, aku mau minta salah satu black knight ku berjuang untukku.” Tae Il, Do Young, dan Tae Yong langsung deg-degan. Di sesi-sesi sebelum ini Jae Hyun memang menawarkan dirinya untuk menjadi black knight berkali-kali. Maka tidak salah jika sampai ada 3 kandidat untuk menggantikanya.

.
“Hmmm… karena pemenangnya diangkat jadi ketua geng, Do Young!” Do Young membatu kala namanya dipanggil oleh Jae Hyun.

.
“Y-ya?”

.
“Kamu setuju kalau…. Tae yong yang akan maju?” Deg. Tae Yong rasa jantungnya mau copot. Masalah cewek sih gampang, dia ‘kan lady killer. Tapi lawanya sekarang itu Yuta, cowok yang gak kalah populer dan sangat disukai bahkan sampe guru-guru muda. Tae Yong tau kalau kalah, harga dirinya bakalan turun drastis. Dia lebih baik turun jabatan jadi ketua geng daripada dicap kalah dari Yuta.

.

“Bagus, ‘kan ketua geng kita bisa menjaga posisinya? Berarti dia ketua yang emang kuat dan gak bisa digulingkan!”

.
“Iya, Tae Yong aja!” Hampir semua member mendukung. Apalagi Tae Il dan Do Young. Persetujuan mereka diproklamasikan dengan sangat lantang dan mendominasi penuh semangat.

.
“Oke, setuju ya. Tae Yong yang jadi rival Yuta!” Hae Chan mengumumkan berita kematian untuk Tae Yong. Habislah. Tae Yong harus memenangkan ini atau harga dirinya akan terinjak-injak.


Tinggalkan komentar

Uneasy Affair

Tae Yong sibuk reharsal seharian. Hae Na sebal tak keruan karena tak bisa bertemu Tae Yong hari ini. Akan tetapi Hae Na sabar. Susahnya punya pacar artis itu begini, harus pacaran sembunyi-sembunyi. Tak apalah, yang penting Tae Yong dan Hae Na tetap bahagia.

.

Hae Na rindu sekali pada Tae Yong. Sudah seminggu lebih mereka tidak bertemu. Biasanya dia menyeludup ke dorm NCT demi temu kangen sama Tae Yong. Sayang sepertinya akhir-akhir ini tak bisa karena mereka udah ada rencana comeback, jadi Tae Yong sibuknya tidak keruan. Walaupun sudah comeback Tae Yong juga sibuk manggung kesana-kemari. Ini menyebalkan, tapi Hae Na harus paham.

.

Menyebalkan sih, bahkan untuk telepon saja Tae Yong tidak sempat saking sibuknya dia. Harusnya memang Tae Yong tidak pacaran dulu sih ya, sibuknya seperti itu. Pacaran hanya membuat dia tidak fokus. Entahlah, Hae Na pusing memikirkan ini.

.

“Hae Na!” seru Takao, teman sekampus Hae Na.

“Ada apa? Tumben panggil-panggil. Biasanya aku lewat gak digubris. Pasti lagi ada maunya,” tebak Hae Na.

“Temenin aku yaa……,” pinta Takao.

“Kemana?”

“Pesta ultah adik bungsuku? Aku butuh bantuan nyiapin ini-itu.”

“Dasar bocah ini. Kenapa harus aku? Gak ada yang lain? Temen-temen kamu itu pada kemana?”

“Mereka lagi sibuk sekarang. Ayolah…., kalau kamu aku mintai bantuan berarti aku menganggapmu teman dekat, ‘kan? Masa kau tak mau membantu teman dekatmu ini.”

“Haaahh… dasar. Teman dekat apanya? Kamu Hang Out aja gak pernah ajak-ajak. Kampret emang! Ya udah deh, pumpung lagi gak sibuk boleh deh.”

“Good. Yuk cus. Udah hampir telat.”

“Sekarang?”

“Iya, kapan lagi? Kelasmu ‘kan juga udah selesai Hae Na.”

.
Takao Miyori adalah sepupu Yuta. Ayah Yuta itu kakaknya ibu Takao. Takao jadi dekat sama Hae Na gara-gara Yuta dan Tae Yong. Takao kuliah di korea karena demi menemani Yuta di negeri asing.
Hae Na hanya menurut saja kala Takao menariknya ke parkiran.

“Hae Na, kau sudah lama gak ke dorm nct ya?”

“Begitulah, Tae Yong ‘kan juga sibuk, Takao.”

.
“Kau dan Tae Yong benar-benar hanya teman? Kenapa aku ngerasa kalian lebih dari itu ya? Tatapannu ke Tae Yong, cara Tae Yong memperlakukanmu, rasanya lebih dari sekadar itu.” 

.

Aduh, Hae Na harus jawab apa? Emang Tae Yong dan dia mengklaim kalau mereka hanya teman. Ini demi kelancaran hubungan mereka. Kalau sampai kedengeran pak direktur ‘kan berabe jadinya.

.

 Tae Yong bisa-bisa di kick kalau ketahuan pacaran. Lagian grupnya baru satu-dua tahun berjalan. Sayang sekali mengakhiri jalinan asmara yang sudah 4 tahun. Mereka ‘kan pacaran sejak sma tingkat awal. Jadi, mereka masih memilih untuk melanjutkan.

.
“Ah, iya kok. Kami cuma teman. Aku cuma teman dia.”

Teman perempuan (pacar), maksudnya. Batin Hae Na

“Oohhhh…., aku kira. Ya sudah, aku cuma penasaran.” Hae Na samar-sama bernapas lega. Untung Takao tidak mendebat macam-macam. Pria pintar ini biasanya kukuh mempertahankan pendapatnya. Ia akan membuktikan kalau pendapatnya benar. Hae Na sering melihat Yuta sampai tak bisa berkata-kata dan setuju saja saat menerima debatan dari Takao. 

.

Takao sebenarnya sangat tampan. Yuta kalah jauh. Mungkin SM akan merekrutnya kalau dia berjiwa seni. Sayangnya Takao tak suka seni. Ia anak ramah yang suka pelajaran dan pandai berbicara. Dia anak sederhana yang sampai pergi ke korea demi menaati perintah orangtuanya untuk menemani Yuta.
Oh iya, bukanya keluarga Takao ada di jepang? Kok adik bungsu sih? Hae Na bingung.

.
“Kenapa dengan wajahmu itu? Ayo turun, bantu aku cari hadiah.” Tak terasa mereka sudah sampai Namdaemun. Hae Na pun ikut-ikut saja.

.
“Adikmu itu perempuan atau laki-laki?” tanya Hae Na. Ia bingung hadiah apa yang bagusnya dibeli.

“Kembar perempuan dan laki-laki.”

“Umur berapa?”

“6 tahunan.” Masih anak-anak? Banyak sekali perbedaan umurnya. Takao 21 ‘kan? Beda 1 tahun lebih muda dibanding Yuta.

.

Tak butuh lama mereka sudah dapat hadiahnya. Takao langsung pesan delivery jajjangmyun sebanyak 50 porsi ke suatu alamat lalu pergi ke suatu tempat setelah itu. Hae Na hanya bisa mengekor saja di jok belakang sepeda motor Takao.

.

Ini ‘kan panti asuhan. Maksud Takao dengan adik bungsu adalah anak panti?

“Selamat ulang tahun, Kyung Hwan, Kyung Eun.” Takao langsung dipeluk kedua anak kembar ketika masuk halaman panti.

“Kak Takao ingat?” tanya Kyung Eun, yang perempuan.

“Tentu dong sayang. ‘Kan kakak udah janji mau ngasih pesta ulang tahun kalau kalian jadi anak baik buat ibu panti. Ya ‘kan? Masa kakak ngingkarin janji sih sama kalian”

“Wah, beneran?” Kyung Hwan tampak antusias

“Iyaaa…., nanti ada kue ultah sama jajjangmyun juga loh buat kalian dan kakak-kakak panti kalian.”

“Hore!” Keduanya bersorak gembira.

.

Pesta kecil super sederhana ini sangat meriah. Puluhan anak panti tersenyum dan tertawa penuh kebahagiaan di pesta kecil ini. Acaranya tak lama pula. Hanya sekitar 40 menit. Takao baik sekali ternyata.

.

“Bagaimana pestanya? Seru? Maaf loh bikin repot.”

“Gak papa kok Takao. Aku malah seneng. Yaudah aku mau pulang ke kostku dulu ya.”

“Eh, mau lewat mana? Sini aku anter.”

“Gak usah, Takao. Aku bisa pulang sendiri kok pake kereta api bawah tanah.” 

“Ei…. aku yang bawa kamu ke sini. Aku harus yang ngebalikin dong. Ayo cepetan naik.” Takao menahan dan memaksa Hae Na naik ke motornya. Baiklah, kali ini Hae Na tak mau keras kepala. Sebenarnya capek juga Hae Na seharian ini kesana-kemari. Lagian tadi banyak sekali tugas yang Hae Na kerjakan.

“Baiklah.” Hae Na pun menuruti kata Takao.

.
“Omong-omong, memangnya kau tahu rumahku di mana?” tanya Hae Na.

“Tentu saja. Yuta sering khawatir sama kamu. Jadi, dia selalu nelpon aku setelah kamu mau pulang dari dorm nct buat ngejagain supaya gak terjadi apa-apa. Malem-malem cewek jalan sendirian ‘kan bahaya.”

“Aw, Yuta Oppa so sweet yah. Eh, jadi kamu suka ngikutin aku pas aku pulang dari dorm nct kayak stalker gitu?”

“Stalker? Enak aja ngatain aku kayak gitu. Kamu harusnya manggil aku guardian angel, bukan stalker!”

“Terserah deh.”

.

Malamnya, Hae Na dapat pesan dari Tae Yong

Gmn kabar kamu?

Yah, gitulah

Kangen?

Jelas Iya dong, bego.

Ngambek?

Gak, siapa bilang. Pengen ketemuan…. tapi kamu gak bisa, ‘kan?

Malem ini bisa, di Kafe s**bag, sekarang. Ak tunggu.

Gak mau. Kamu pasti disuruh istirahat 3 hari habis bikin MV ‘kan buat persiapan comeback. Udah bobok aja. Nanti kamu sakit.

Aku pengen ketemu kamu….

V-call aja gimana?

Gak sembuh kangenya.

Yaudah sini kecup jauh aja. Muah muah… Love You Taeyong….

Hmmm…

V-call ih V-call pen liat mukamu.

Iya…

.

Hae Na dan Tae Yong pun V-call an

“Berantakan sekali rambut kamu. Gak biasanya. Kalau mau tidur biasanya kamu sisiran dulu.”

“Gak sempet. Tapi aku udah mandi sama keramasan.”

“Yaya. Jaga kesehatanya ya Yongie..”

“Iya.”

“Kak Yuta mana?”

“Kok malah nanyaYuta.”

“Gapapa, biar kamu cemburu dikit. Biar wajahmu imutan dikit. Pas kamu cemburu gitu mukanya lucu deh.”

“Haaahhh… kamu ini.” Tae Yong menghela nafas lemah.

“Udah setahun kita nggak kencan lagi ya.”

“Hmm…”

“Pengen kencan sama peluk-pelukan kayak dulu…. tapi kayaknya sekarang udah gak mungkin ya.” Apa Hae Na salah ambil topik? Wajah Tae Yong berubah drastis.

“Begitulah…, sabar ya. 5 tahun lagi kontrakku habis.” Ucapan Tae Yong menenangkan, tapi hati Hae Na khawatir. Khawatir akan rasa aneh di dadanya dan firasat buruknya yang mengatakan semua ini tidak akan baik-baik saja.

“Apa hubungan kita masih akan bertahan sampai lima tahun kedepan?” Hae Na mengungkapkan kecemasanya. Sesaat, Tae Yong terdiam.

“Mungkin…. jangan menyerah sama keadaan. Aku sayang kamu. Aku gak mau ngelepasin kamu.” Tae Yong tampak serius. Komitmenya terhadap Hae Na tidak main-main. Ketulusan terpancar dari wajahnya. Hati Hae Na bisa merasakanya. Tapi kecemasanya itu juga tak bisa diremehkan.

“Bagaimana kalau kau menemukan gadis yang lebih baik dariku dan tidak mencintaiku lagi lalu mencampakkanku. Aku… aku… aku bingung. Aku cemas, aku takut Tae Yong, akan hubungan kita ini. Penuh halangan dan rintangan. Aku frustasi memikirkanya. Bagaimana jika…,”

“Aku tahu kau cemas, tapi percayalah padaku. Percayalah, Tuhan tahu yang terbaik.” Ia menyela kata-kata Hae Na. 

“Baiklah kalau begitu. Yongie, aku sayang kamu. Aku ngantuk, aku tidur dulu.”

“Sembuh kangenya?”

“Belum sih, tapi besok ‘kan masih bisa V-call an lagi. Besok cuma reharsal-reharsal sampai jam 9 ‘kan. Kamu tidur gih, reharsalnya ‘kan jam 6, pagi.”

“Kok tau?”

“Tau dari kak Yuta. Kemaren kita telponan pas lagi break sampai lama. Jadinya tahu.”

“Yuta Yuta Yuta… kamu naksir?”

“Nggak, kita cuma lagi deket aja.”

“Ugh…”

“Hahahah…. jangan kayak gitu. Yuta cuma kenalan, dan kamu prince di hatiku.” Tae Yong ngeblush.

“Aigoooo…. kyutie… ngeblush segala. Kiyowo banget walaupun tampang kece maksimal manly tak diragukan.”

“Paan sih”

“Nice dream Yongie.. night!”

“Hmm…”

.

Hae Na pun pergi ke ranjang. Saat ia hampir terlelap, ia jadi ingat tiba-tiba masih ada tugas yang belum ia kerjakan. Tugas dari dosen memang bukan main banyaknya. 3 hari lagi sih mengumpulkanya, mengingat 2 hari besok sama sekali tak ada kelas. Akan tetapi hati Hae Na tidak tenang sebelum semuanya beres. Akhirnya Hae Na lembur.

.

Ia dulu sangat serampangan. Tae Yong sangat-sangat menghindari Hae Na dulu karena menurut Tae Yong, Hae Na itu menjijikkan. Bukanya Tae Yong berlebihan, waktu itu Mysopobhia Tae Yong masih parah. Duduk di bangku sekolahnya saja harus dilapisi selimut tipis dulu. Tapi entah bagaimana mereka jadi dekat. 

.

Sebenarnya Hae Na sih yang memutuskan untuk berubah. Hae Na mulai menyukai Tae Yong. Siapa sih yang tidak tergoda dengan paras tampan Tae Yong? Siapa yang gak meleleh karena kebaikanya? Siapa yang gak terpesona dengan kekerenan Tae Yong? Kalau dia tak setampan itu mana mungkin dia jadi model. 

.

Hae Na sangat malu. Ia malu jika kerapian seorang gadis kalah dari pemuda yang ia sukai. Tae Yong akhirnya mau dekat-dekat dengan Hae Na, lalu seiring berjalanya waktu Tae Yong menyukai Hae Na balik. Hae Na sebenarnya bingung juga, bagaimana bisa Tae Yong yang populer menyukainya balik.
.

Hae Na begadang sampai pagi. Ia ketiduran selama 3 jam saat malam dan pekerjaanya belum selesai-selesai. Tugas sialan ini benar-benar sesuatu. Banyak sekali tuntutan tugas yang satu ini.

.

Sekitar pukul 6, Hae Na bisa tidur juga. Baru beberapa saat Hae Na tertidur, ada orang yang menekan bel. Dengan sangat-sangat malas, Hae Na menuju ke pintu.

“Ada apa ya?”

 –:-:-:–TBC–:-:-:–


Tinggalkan komentar

The Energy

Prologue

.

.

.

100% made by Eulseongulya with the whole of heart. It’s my pure imagination. This story’s genre is fantasy, and rated Teen. This story’s length is chaptered.

.

.
Mian Fu adalah ratu penyihir api. Ia mendapatkan jabatan itu karena noktah penyihirnya adalah naga emas, dan muncul sebelum usianya menginjak 100 tahun. Maka dari itu, sesuai peraturan yang berlaku di planet sihir, ia harus menjadi seorang ratu. 

.

.

.

.

Pemerintahanya sangat baik, rakyat makmur tanpa kekurangan dan hasil alam kerajaan meningkat pengelolaanya sehingga sumber keuangan negara banyak. Bahkan, tak ada lagi penarikan upeti maupun pajak. Semua terkondisi dengan baik. Sayang seribu sayang, Mian Fu tak mendapat simpati dari rakyatnya. Entah apa yang kurang dari dia. Banyak orang yang mempersulitnya di negara pimpinanya sendiri. Ratu Alliciana ke-17, ibu angkat Mian Fu untungnya selalu membantu Mian Fu. 

.

.

.

Suatu kali pemberontakan makin gencar dilakukan. Kim Tae Yeol adalah dalang dari itu semua. Ia membuat Mian Fu frustasi. Akhirnya, Mian Fu menyerahkan tahtanya sementara kepada Tae Yeol, dan pergi ke pegunungan untuk mencari ilmu lebih banyak tentang politik dan cara mengurus negara. Biasanya orang-orang gunung menguasai hal-hal yang seperti itu. Disana ia malah bertemu dengan naga es, makhluk yang jarang sekali menampakkan diri kecuali pada para Lighter, makhluk yang terbuat dari cahaya yang sangat suci dan abadi. Mereka hanya terdapat di hutan suci Reteni, yang sangat dilindungi. 
.

.

.

.

Sang naga tertarik dengan Mian Fu. Mian Fu dapat melihat dia, berarti jiwanya sesuci para Lighter. Singkat cerita, Mian Fu menjadi murid sang naga es. Bukan ilmu politik yang naga es ajarkan, melainkan ilmu sosial, masyarakat, norma, budipekerti, juga ilmu memperkuat diri. Berpuluh-puluh tahun ia berguru pada sang naga, tapi ia masih haus akan ilmu. Akhirnya ia putuskan untuk menjadi pengembara, dan melepaskan tahtanya

.

.

.

.

Pemerintahan Tae Yeol buruk, ia hanya ingin menguras uang negara demi kepentingan pribadi. Negara api di ambang kehancuran. Rakyat menyesal karena tak pernah bersyukur memiliki ratu seperti Mian Fu. Mereka tak mempercayainya karena mungkin penyihir itu terlalu muda saat dulu memerintah. 30? 40? Sekitar itulah usia Mian Fu dulu ketika memimpin. Semua terlambat, Mian Fu sudah meminta izin kepada sang ratu dan staff penyihir di tanah utama untuk berhenti jadi ratu di negara api. Kebetulan, mereka mengizinkan. Yah, karena tugasnya sebagai ratu ia jalankan dengan baik selama ia menjabat.
.

.

.

.

Mian Fu berpindah ke dimensi lain untuk mencari ilmu yang lain. Bekal ilmu dari sang naga sudah ia rasa cukup untuk melintas dimensi. Kata sang naga, banyak penyihir hebat yang bermigrasi ke dimensi lain untuk mencari kekuasaan yang tak pernah planet sihir berikan. Lalu, apakah yang akan terjadi? Apa yang akan terjadi pada Mian Fu di tempat barunya? Silakan tunggu Pt 1!